Sabtu, 11 Mei 2013

#CerBer #Serial Jurnalis : Kasus Pertama - Pembunuhan di Ruang Guru (3)



Review Cerita Sebelumnya :
Ketertarikan Tari pada kasus pembunuhan yang membawanya kembali ke SMA Elang Perkasa semakin menjadi, apalagi setelah Pak Gufron, guru kimia di SMA tersebut dijadikan tersangka di kasus pembunuhan itu.  Pencarian Tari cukup membuahkan hasil saat dia menghubungi Batara, sepupunya yang sekolah di SMA Elang Perkasa. Dari Batara Tari mendapatkan info bahwa korban yang bernama Reni adalah anak Kepala Sekolah di sekolah tersebut.



Cerita sebelumnya:
(1) http://duniakacamataweeta.blogspot.com/2013/04/cerber-serial-jurnalis-kasus-pertama.html
(2) http://duniakacamataweeta.blogspot.com/2013/05/cerber-serial-jurnalis-kasus-pertama.html



-------------------------------------

Berkat cerita Batara, selesai kuliah Tari langsung berlari ke parkiran motor kampus, menjemput motor bebek Merah yang selalu setia menemaninya kemanapun. Tapi langkahnya terhenti, hpnya bergetar dari balik kantong jaketnya. Ternyata Pak Burhan, sang pimpinan redaksi tempatnya magang.

"Assalamu'alaikum Tari? Dimana sekarang?",tanya Pak Burhan.

"Wa'alaikumsalam pak! Saya baru beres kuliah pak, masih di kampus. Kenapa pak?Oh iya pak! Saya ada info baru, korban namanya Reni dan ternyata dia anaknya Kepala Sekolah SMU Elang Perkasa!", jawab Tari berapi-api.

"Kalau itu saya udah tahu... Justru sekarang saya mau menugaskanmu, sekarang juga pergi ke Polres Bogor Kota. Disana sudah ada Rudy, hari ini hasil otopsi akan diumumkan,"tukas Pak Burhan.

Sebenarnya banyak yang igin dibicarakannya dengan Pak Burhan, tapi ada berita yang harus dikejar.  Tari pun melaju dengan motor bebek merahnya menuju jalan Kapten Muslihat. Sesampainya di kantor Polres Bogor Kota ternyata sudah dipadati cukup banyak wartawan. Tari melihat sekelilingnya sampai ada orang yang melambaikan tangan padanya.
"Tari! Sini.... baru dari kampus yah? Tenang kita masih nunggu hasil otopsi....", ternyata yang melambaikan tangan padanya adalah Mas Rudy.

Sosok mas Rudy sebenarnya cukup mencolok diantara wartawan yang lain. Mas Rudy punya gaya yang berbeda dengan yang lain, dia lebih nampak seperti eksekutif muda ketimbang wartawan. Kemeja rapih, celana jeans yang dandy, juga wajah tampannya yang juga penuh wibawa sering membuat Tari berpikir bahwa mas Rudy lebih cocok eksekutif muda yang biasa nongkrong di Starbuck dibanding wartawan. Eittss...jangan salah sebelumnya Tari selalu mengira bahwa wartawan itu jarang mandi, gondrong, suka ngerokok, kucel, seperti yang digambarkan dalam sinetron-sinetron.  Tapi setelah menjadi wartawan justru kebalikannya, banyak kok wartawan yang peduli akan penampilan kalau kata Mas Rudy namanya, metsek alias metro seksual. Tapi mas Rudy selalu menolak keras jika dirinya dikatakan wartawan metsek.

"Aku bukan metsek....!! Aku hanya good looking journalist..... Hehehe...", bela mas Rudy setiap kali ada yang menyebutnya wartawan korban metro seksual.

Sambil menunggu  hasil otopsi Tari menengok jam tangannya.

"Astagfirullah! Jam Satu! Mas Rudy,disini masjid atau mushola dimana yah?",tanya Tari yang lupa bahwa dia belum menunaikan shalat dzuhur.

"Belum dzuhur yah? Bareng aja deh! Aku juga belum sholat ko! Di belakang kantor ini ada masjid", jawab mas Rudy.

Selesai shalat mas Rudy sempat berujar di perjalanan menuju halaman kantor kepolisian.

"Makasih ya Tari. Kalau kamu gak ngajakin aku ke masjid mungkin aku tadi lupa untuk shalat dzuhur. Hehehe... Sering-sering ajakin aku shalat yah...", ujar mas Rudy dengan tawa khasnya.

Tari hanya senyum, dia bingung harus menjawab apa. Pas sekali ketika mereka tiba di tempat menunggu semula, seorang polisi pun keluar.

"Kayaknya aku kenal wajahnya...", gumam Tari.
"Oh dia Letkol Irfan, dia yang kemarin membantu proses evakuasi mayat di TKP. Loh, bukannya waktu kejadian kamu yang ngeliput tar? Sudah, ayo kita kerja dulu tar!", jelas mas Rudy yang mendengar gumaman Tari.

 Letkol Irfan pun langsung mengumumkan hasil otopsi mayat siswi yang di temukan minggu sore kemarin.

"Nama korban Reni Putri Jayabrata. Usia korban 16 tahun.  Perkiraan kematian korban akibat pukulan benda tumpul di kepala belakang. Kami masih mencari beberapa kemungkinan alat yang dipakai untuk memukul korban di TKP.", ujar sang Letkol.  Namun bukan wartawan kriminal kalau hanya puas dengan informasi begitu saja.

"Berarti ini fix kasus pembunuhan pak? Apakah ada yang dicurigai?", tanya wartawan di sebelah Tari. 

"Untuk saat ini kami masih meminta keterangan dari beberapa saksi terkait.", jawab sang Letkol.

"Apa yang dilakukan korban pada minggu sore di sekolah?", seru seorang wartawan dari sisi lain.

"Kami belum tahu. Kami masih mengorek informasi dari keluarga dan teman korban.",jawab Sang Letkol Lugas.

"Apa ada hubungannya dengan seorang guru yang menemukan mayat?", kali ini pertanyaan meluncur dari mas Rudy.

"Tidak ada. Guru itu hanya kebetulan ingin memeriksa soal ujian untuk besok.", jawab Sang Letkol dengan tenang.

"Mengapa harus minggu sore dan mengapa hanya sendirian?", tanya mas Rudy lagi.

"Karena memang itu sudah menjadi tugasnya tiap tahun. Kalau sudah tidak ada pertanyaan lagi....", jawab Sang Letkol sambil pamit kepada wartawan, yang langsung diputus pertanyaan oleh Tari.

"Menurut seorang narasumber bukankah status guru tersebut sekarang menjadi tersangka? Apa penyebabnya?!", tanya Tari tiba-tiba.

Pertanyaan itu sempat membuatnya menjadi pusat perhatian sang Letkolpun terhenti dan menatapnya.

"Untuk sementara hanya itu yang bisa kami berikan. Terimakasih", sang Letkol pun kembali memasuki 'kandangnya'. Tak menjawab pertanyaan Tari.

Tari pun dongkol atas sikap sang Letkol yang menurutnya angkuh.  Mas Rudy pun nampaknya mengerti apa yang dipikirkan Tari.

"Udah dong jangan BT mendingan sekarang kita minum es cendol di sebelah sana yuk! Barengan sama wartawan yang lain, biar juga kenal sama wartawan dari media lain.",ajak mas Rudy seraya menghibur Tari yang cemberut.

"Eh maaf mas, bukannya gak mau. Tapi aku ada rapat rohis kampus.", tolaknya halus.  Tari ingat bahwa sore ini dia telah berjanji pada Santi untuk hunting toko kue untuk snack di pengajian kampus minggu nanti.  Tari pun segera pamit pada mas Rudy,mereka berdua berpisah di parkiran.

Sepanjang perjalanan pulang Tari agak BT mengingat kejadian tadi di Polres.  Malu, kesel, marah, sebel, semua perasaan gak enak nyatu di hatinya.  Wajar, Tari jarang sekali bertanya bila sistem wawancaranya konfrensi pers seperti tadi. Sebelumnya dia lebih sering secara personal, gak ramean kayak tadi. Sekalinya dia berani bertanya, eh malah dicuekin. Tengsin berat Tari gara-gara kejadian tadi.

Sampai kampus Santi yang dari tadi nunggu Tari di pelataran masjid kampus pun bingung 'disuguhin' wajah ga enaknya Tari.

"Kamu kenapa tar? PMS? Kok dateng-dateng cemberut?", tanya Santi.

"Gapapa! Ayo naek aja dulu, nanti aku ceritain di jalan.", jawab Tari. 

Di perjalanan pun Tari ceritain kedongkolannya dengan Letkol Irfan yang sukses bikin Tari tengsin.
Bukannya ngehibur Santi malah ketawa denger cerita sahabatnya itu.

"Hehe...sorry..sorry.. bukannya maksud aku ketawa tapi memang lucu cerita kamu tar! Tari...tari...kamu kan jurnalis...wajarlah kalau kamu ngalamin itu.... Namanya juga pengalaman...Udah ah! Jangan BT lagi! Jelek banget tau diboncengin sama cewek sangar yang cemberut. Udah...jangan nambahin penyakit hati...istigfar...", ujar Santi sambil nepuk-nepuk pelan pundak Tari.

"Enak aja! Gadis cantik gini dikatain sangar....! Ehm..iya juga yah?Astagfirullahal'adziim...",jawab Tari sambil tetap fokus menatap ke depan jalan.

Pada akhirnya pilihan mereka jatuh ke salah satu toko kue di dekat kampus. "Biar pas hari-H ngambilnya ga repot", ujar Santi saat membayar DP kue.

Malamnya Tari kembali disibukkan menulis draft berita hasil otopsi yang akan dikirimkan ke email redaksi. Beberapa amenit setelah mengirimkan email ada sebuah sms masuk.



To : Tari
From : Pimred Pak Burhan
Oke! Email sudah saya terima!
Pantau terus perkembangannya!
Coba besok wawancara pihak
keluarga...

Saat bersamaan hp-nya kembali bergetar, kali ini dari sepupunya, Batara.


To : Tari
From : Batara
Assalamu'alaikum!
Oii kemane aja?? Kok tadi
gak jadi ke sekolah??

Tari segera membalas sms sepupunya itu.

To : Batara
From : Tari
Wa'alaikumsalam.^^
Sorry tadi ada tugas dadakan.
Besok kesana insyaallah..
Memangnya kenapa?

Namun setelah ditunggu tak kunjung ada balasan Tari pun tidur setelah menunaikan shalat isya dan tilawah. Besok dia harus ke SMA Elang Perkasa, ada orang yang harus ditemuinya.

-----------TO BE CONTINUE-----------


Tidak ada komentar:

1st Resident!!! : Dyatlov Pass Case (2 Februari 1959, Rusia)

Assalamu'alaikum.... It's MY FIRST LAUCHING of........ RESIDENT! Hehehe... :) Ini bukan "Resident Evil" yang bakal baha...